Ekonomi Indonesia Ikut Siapa?

Beberapa hari yang lalu saya membaca status teman di facebook. Saya lalu jadi tergelitik untuk menulis komentar. 🙂 Ini status teman saya dan di bawahnya komentar saya:

Ceritanya ada tiga orang ilmuwan yang terjebak di sebuah kapal di tengah laut; fisikawan, ilmuwan kimia, dan ekonom.

Mereka terjebak dalam keadaan kelaparan dan hanya memiliki satu buah kaleng kacang. Kemudian mereka berdebat tentang bagaimana membuka kaleng yang berisi kacang tersebut.

Sang Fisikawan mengatakan; ‘kita cari dua buah kayu dan kita gesekkan keduanya dengan cepat sehingga melahirkan api, ketika api sudah ada kita tambahkan mesiu dan kemudian kita taruh kaleng ini, sehingga kaleng bisa meledak, dan kacang bisa kita ambil’

Ide ini langsung di tolak oleh yang lain karena kacang akan kebakar bersama dengan kalengnya.

si Ilmuwan Kimia tak mau kalah dengan gagasan briliannya; ‘garam bisa menggerus metal (kaleng), bagaimana jika kita rendam kaleng ini di laut dan nanti perlahan kaleng ini akan tergerus dan terbuka’

Gagasan ini juga di tolak, karena akan memakan waktu tahunan sampai kaleng ini terbuka karena gerusan air asin.

Terakhir sang Ekonom menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri; ‘saudara semua, bagaimana jika kita asumsikan saja kita punya alat pembuka kaleng’

yah begitulah ekonomi, penuh asumsi. dan ekonom barat selalu meyakinkan negara berkembang bila mereka percaya akan asumsi dan mengikuti solusi yang mereka berikan maka ekonomi akan maju.

Hebatnya, ekonom barat ini meyakinkan negeri kita dengan rumus dan model untuk menutupi asumsi. mereka juga meyakinkan kalau ahli ekonom haruslah pandai matematika.

menarik kata dosen saya di kampus; ‘math worsening economic’.

negara barat terus meyakinkan ke negara berkembang kalau ekonomi neo-klasikal adalah yang terbaik utk semua negara.

benarkah ?

Ada seorang pakar ekonomi dari amriki namanya paul krugman, peraih nobel di bidang ekonomi karena thesisnya yang mengatakan bahwa pasar bebas penuh adalah yang terbaik, dan intervensi pemerintah dalam pasar akan menganggu sistem ekonomi, atau istilah kerennya moral hazard.

Menariknya, ketika tahun 2008 amriki krisis, si krugman ini paling aktif mengatakan bahwa krisis 2008 disebabkan pemerintah kurang intervensi terhadap ekonomi dalam negeri.

hehe… harusnya hadiah nobelnya dibalikin aja tuh 🙂

“economist never die, they mutate”

Bila asumsi yang mereka terapkan gagal, mereka selalu berkilah dengan berbagai hal menggelikan seperti; ‘itu karena kurang kemampuan manajerial, itu karena masih ada intervensi di bidang ini, itu karena masyarakat kurang terdidik dalam hal ini itu. . bla bla bla bla’

itulah kerjaan IMF, World Bank, dan sekarang ditambah dengan agensi yang ada imbuhan -AID nya.

Indonesia bagaimana ? Indonesia terkadang atau mungkin selalu telat belajar. ketika banyak negara dunia tidak lagi mengikuti neo-klasikal dan beralih ke heterodox ekonomi. Indonesia baru heboh-heboh neo-liberal.

kemudian, kenapa kita selalu harus mengikuti konsep ekonomi eropa dan amerika ? padahal negara yang selama 20 tahun ekonominya maju adalah Cina. atau negara macan lain di Asia seperti Jepang, Korea, dan Taiwan.

Sehingga, refleksi bodoh saya mengatakan; ‘kalau Indonesia mau maju maka terapkan kebijakan ekonomi 100% kebalikan dari apa yang negara barat lakukan saat ini’
ekonomi dunia terus berubah, sehingga Indonesia juga harus berubah.

bagaimana pendapat anda ?
#refleksibodohmahasiswaesdua

Nah ini komentar saya (yang sedikit diedit supaya sesuai format blog ini):

Ekonom memang selalu berasumsi.. Hahaha! Tapi kalo dipikir-pikir, sama seperti engineer yang menggunakan asumsi dalam perhitungan desain (setidaknya dalam TL), diambil dari hasil penelitian2. Butuh landasan kan? Lebih lagi, ilmu ekonomi menurut saya lebih menantang daripada ilmu sains atau engineering, karena tidak seperti alam yang lebih “stabil”, objek ekonomi adalah pasar = orang = terus berubah yang dalam kehidupan nyata bisa dengan mudah mematahkan teori2 dan konsep ekonomi (‘invisible hand’ :p) Menurut saya yang penting fleksibel..

Saya ngga pernah belajar ekonomi di Indonesia, jadi ngga bisa komentar soal usaha ekonom Barat untuk meyakinkan Indonesia bahwa ekonom harus pintar matematika. Selama pengalaman saya belajar ekonomi di negara Barat tidak pernah diajarkan begitu. (IMHO, matematika ngga dipake juga :p) Adakah lulusan ekonomi Indonesia yang mau berpendapat?

Saya baru denger cerita Krugman.. Hahaha. Menelan ludah sendiri ya. Saya setuju sih soal sebab krisis 2008-nya. Soal dunia Barat, agensi bantuan finansial, kita udah dapet pengalaman dari 1998 lah, bagaimana itu terjadi dan bagaimana kita menanganinya. Itu yg menurut saya harus kita jadikan pelajaran. Dan tampaknya dana bantuan memang ngga bisa lepas total dari tendensi politis hahaha. Tapi dana bantuan dan organisasi internasional ga bisa digeneralisasi sih. Kalau menurut saya, dukungan dana sama seperti investasi, untuk pembangunan kita butuh modal. Dan sama kaya bisnis, modal bisa saja datang dari “orang” lain. Asal sadar supaya idealisme ga terbeli aja. Oiya sekedar berbagi, sekarang ada perubahan dlm arah pergerakan yg saya dukung, yaitu utk mendorong masyarakat jadi social entrepreneur dan ngga bergantung pada “sumbangan”. Istilahnya ‘private sector led development’, mirip dengan social entrepreneurship.

Saya punya pendapat yg berbeda soal perekonomian Indonesia (amatiran sih, cuma hasil kuliah dan baca sana sini). Indonesia punya karakter tersendiri.. Ekonomi Indonesia maju dan stabil karena konsumsi domestik, produksi lokal yang kuat di pasar, makanya bisa stabil selama “krisis global 2008” karena kita ga “tergantung” ekspor. (lucu ya, ekspor bisa jadi kekuatan tapi jadi kelemahan)

Mengenai Cina, pertumbuhan ekonominya memang luar biasa (menurut saya membabi buta :p), tapi eksploitasi sumber daya alam mereka sama luar biasanya, menurut dosen Sejarah Cina saya; pertumbuhan ekonomi Cina = degradasi alamnya. Lebih lagi ada quote sendiri dari Gao Xiqing (China Investment Corporation):
“…it is important for African countries to ensure their growth is also as inclusive as possible, learning lessons from China, which has prioritized growth over development and is now facing challenges such as huge wealth inequality and environmental problems.” – http://bit.ly/J37Ayb

Kalau saya sih ngga mau Indonesia kaya gitu. Lebih lagi ketertarikan investor terhadap Cina diperkirakan akan menurun, karena memang benar biaya produksi murah, tapi kualitas seringkali tidak memenuhi target.

Menurut saya, Indonesia ngga perlu mengikuti model siapapun. Karena menurut saya ngga ada model yang cocok buat kita selain punya kita sendiri. Perlu percaya diri mengembangkan model ekonomi kita sendiri.. Ngga ada negara yang sama dengan kita; populasi besar, berbentuk kepulauan, dengan keragaman tinggi. Kita mungkin “mirip” dengan Cina dan India dalam populasi (sama2 besar walau mereka 4x kita), tapi berbeda dalam bentuk negara dan keragaman. Itu baru contoh kecil. Tidak menutup diri dari dunia internasional dan ‘best practices’ yang selalu bagus buat dicontoh, tapi tetapkan dasar milik sendiri. Semua sektor perlu dipikirin secara berkelanjutan.. Sejauh ini, saya memang belum paham 100% model ekonomi Indonesia, tapi dari stabilitas cukup bagus, kecuali tendensi menjual2 saham perusahaan swasta ke pihak asing yang menurut pandangan awam saya berlebihan..

Kalau mikir sesimpel mungkin pake SWOT.. Menurut saya “S” kita salah satunya ada di turisme dan budaya. Tapi saya jarang sekali bertemu dengan orang asing yang sudah pernah berkunjung ke Indonesia (selain Bali), sementara mereka sudah ke Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang.. Sejujurnya saya “gemes” bangettt. Turisme yg berkelanjutan bisa jadi sarana pengembangan daerah rural juga. “S”i lain ada di UKM, perdagangan nonmigas, agrikultur, dll dll.. Ini bapak Yusuf lebih ahli lah. Hehehe.

PR kita satu lagi: menjaga toleransi, saling menghargai keragaman & kesatuan, dan tidak mudah diprovokasi (jadi tiga deh).

WOT kita simpan buat diskusi2 berikutnya… :p
Ini pendapat saya, hehe, semoga makna tidak terhapus oleh kurangnya estetika atau berlebihnya kata, hehehe.

Komentar? 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s